Joomla 3 Templates by Varsity Jacket UK

Maratua: Tepian Surga di Indonesia

Dibuat pada Kamis, 11 Agustus 2016

Penulis : Anggrita Yusanti

Kala itu 29 April-11 Mei 2016 saya bersama Students Research and Development Team (SR&DT) ITS, beruntung memiliki kesempatan berharga untuk mengunjungi salah satu surga yang terletak di tepian negara  Indonesia, Pulau Maratua. Sebelum mengunjungi Pulau Maratua, kami berlabuh selama 5 hari di kota Berau. Selama 5 hari tersebut, kami mempelajari bagaimana kehidupan disana dan mencoba beradaptasi dengan sejumlah perbedaan dari keseharian kami ketika di Jawa. Sungguh kami melihat begitu berbedanya gaya hidup warga lokal Berau dengan di Surabaya. Di Surabaya, tak pernah kami melihat jalan raya sesepi di Berau. Selain itu, perbedaannya dengan Jawa ialah biaya hidup yang ditanggung penduduk Berau lebih tinggi dibanding dengan penduduk di Surabaya. Walaupun begitu, sebagian besar warga disini sangat ramah, suka menolong, dan gemar sekali dalam bercerita. Aksen bahasanya yang unik menggelitikku untuk digunakan dalam keseharian.

4 Mei 2016 kami beranjak dari kota Berau menuju Pulau Maratua menggunakan speed boat. Maratua merupakan kecamatan yang masih dalam cangkupan daerah perairan kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur. Sebelum menginjak Pulau Maratua, kami melakukan beberapa pemberhentian singkat di Pulau Derawan, Pulau Sangalaki, dan Pulau Kakaban. Perjalanan tersebut memakan waktu kurang lebih 8 jam hingga tiba di Pulau Maratua. Begitu kayanya negeri ini, memiliki gugusan kepulauan terindah yang pernah saya temui.

 

 

Setibanya di Pulau Maratua, kami berbincang-bincang sedikit dengan pemilik speed boat. Lalu tak disangka datang dua anak kecil yang hendak bermain air di pantai, mereka bernama Revan dan Melki. Dengan polosnya mereka kami ajak bergurau sambil menikmati matahari terbenam di dermaga Teluk Harapan. Selama 3 hari kami eksplorasi Pulau Maratua, berkeliling seluruh Pulau dari desa Teluk Harapan, desa Teluk Alulu, desa Payung-Payung, hingga desa Bohe Silian. Panas terik kami hadapi demi eksplorasi potensi yang ada di Pulau Maratua. Beruntungnya kami menginap di homestay yang pemiliknya sangat ramah sekali, bahkan kami dianggap anak sendiri. Suatu sore, kami diajak oleh bapak Jahin, pemilik homestay Nur Aini, untuk memberi makan ikan kerapu miliknya didekat dermaga lawang-lawang. Jujur saja, pengalaman tersebut merupakan pengalaman pertama kalinya bagi saya menjadi seorang nelayan dadakan, dan tentunya hal tersebut sangat berharga bagi saya. Peternakan ikan yang saya jumpai disini jauh berbeda dengan yang sering saya dapati di Surabaya. Di Teluk Harapan ini, peternakan ikan kerapu milik bapak Jahin benar-benar terletak di tengah laut (didalam cekungan Pulau Maratua). Untuk mencapainyapun juga perlu perjuangan dengan menggunakan speed boat mini.

 

Selang 3 hari kami hidup mandiri di Pulau Maratua, pada 7 Mei 2016 rombongan SIDI (Sustainable Island Development Initiative) ITS beserta team HochSchule Wismar University Germany (HSW) tiba di Nabucco Resort, Pulau Pahabahanan, Kecamatan Maratua. Pemandangan menuju Nabucco Resort kala itu belum begitu terlihat, karena kami berangkat dari dermaga lawang-lawang ketika matahari telah terbenam. Yang kami rasakan hanya deburan ombak malam yang begitu kencang hingga melempar-lempar kapal dompeng yang kami tumpangi.

Ketika matahari terbit di ufuk timur resort, barulah kami melihat betapa indahnya tempat kami menginap semalam. Semua decak kagum yang kami rasakan, rasanya tak cukup diucapkan dalam kata-kata. Tepat pintu kamar kami dibuka, terdapat hampran laut terlihat begitu jernih dan mempesona. Senang sekali rasanya meluangkan waktu di kursi santai sembari melihat pemandangan laut bersih ini, yang bahkan jernihnya menyerupai warna tosca, sungguh eksotis. Selain itu pengalaman berharga kami menginap di Nabucco Resort salah satunya ialah melihat ikan terbang dari teras kamar dan juga melihat ikan pari kecil berenang disekitar Pulau Pabahan tersebut. Sungguh kenikmatan luar biasa bisa mendapati pemandangan yang tidak pernah saya dapati ketika saya di Jawa.

 

Keesokan harinya, kami bersama team SIDI dan HSW mengeksplorasi bandar udara dengan menggunakan pick up sambil bermandikan air hujan. Walaupun begitu, kami tetap enjoy karena sebelumnya kami belum pernah merasakan Maratua bermandikan air hujan. Bagi penduduk Maratua, terutama bagi desa Teluk Alulu, Payung-Payung, dan Bohe Silian, hujan merupakan suatu berkah bagi pasokan sumber air bersih didaerah mereka. Siang harinya kami mengeksplorasi keindahan bawah laut disekitar Pulau Kakaban dan danau di dalamnya yang memiliki sejuta ubur-ubur yang tidak menyengat, atau biasa disebut dengan stingless jellyfish. Rasanya spektakuler sekali melihat pemandangan bawah laut di sekitar Pulau Kakaban. Air lautnya yang sangat jernih, membuat saya enggan untuk berhenti snorkling disana. Banyak sekali ragam jenis batu karang dan ikan-ikan yang lalu-lalang dihadapan saya. Berbeda dengan air laut disekitarnya, air danau didalam Pulau Kakaban tersebut sedikit lebih keruh. Namun kekecewaan itu hilang seketika saat kami menjumpai banyak ubur-ubur disekitar kami. Rasanya terkesima sekali, sedikit takut dan bersalah apabila tak sengaja menendang ubur-ubur yang bertebaran disekeliling saya, karena ubur-ubur disana terlihat sangat lemah dan benar-benar menyerupai jelly.

Esok harinya kami mengunjungi Nunukan Resort, yang mana masih dalam satu manajemen dengan Nabucco Resort. Suasana yang didapati di Nunukan tak jauh berbeda dengan Nabucco, hanya saja memiliki banyak batu karang darat disekitar resort Nunukan dibanding dengan resort Nabucco. Satu hal yang mencengangkan dari resort Nunukan ialah jembatan panjang yang berdiri kokoh diantara deburan ombak yang keras dengan panjang kurang lebih 800 m menghubungkan Pulau Bakungan Kecil dan Bakungan Besar. Ombak di Nunukan terasa sedikit lebih besar dibanding Nabucco, namun Nunukan memiliki keindahan bawah laut yang lebih beragam, seperti salah satu contohnya kami sempat menemukan bintang laut berwarna biru. Walaupun lokasinya yang terisolasi, keunggulan dari kedua resort tersebut, Nabucco dan Nunukan, ialah fasilitas dan sarana yang mumpuni serta lokasi mereka yang dekat dengan world wide diving spot. Sehingga tak heran apabila mereka membandrol harga menginap yang cukup fantastis.

 Itu tadi sedikit ulasan dari saya tentang eksotisme Pulau Maratua, semoga dapat menginspirasi dan cukup menggambarkan bagaimana keindahan Pulau Maratua. Dan jangan lupa untuk tetap budayakan #lautbebassampah dimanapun dan kapanpun anda berpergian menuju pulau-pulau eksotis yang ada di Indonesia, karena perbuatan kalian akan menentukan masa depan Indonesia nanti.

Dilihat: 671